Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Wajarkah Seorang Anak Memberontak Dari Kekangan Orang Tua? - Analisis Film 'Brave'

 


ANALISIS PESAN MORAL FILM "BRAVE"  (2012)


Alih-alih me-review film, kali ini saya hanya akan mengulik pesan moral yang menjadi pusat perhatian saya pada film animasi buatan Pixar berjudul Brave. Awalnya saya berpikir bahwa film ini berfokus mengenai emansipasi wanita. Namun nyatanya lebih dari itu, banyak sekali hal-hal yang dapat dipelajari dalam film ini baik mengenai relasi anak-orang tua maupun refleksi kemerdekaan diri.

LATAR BELAKANG (SINOPSIS)

Berkisah tentang kehidupan Merida, pemanah ulung yang juga seorang putri tunggal dari raja Fergus dan Ratu Elinor di Skotlandia. Awalnya mereka digambarkan begitu mesra dan damai, sampai tiba saat dimana Merida dipaksa harus menuruti aturan kerajaan serta instruksi sang ibu untuk bertindak layaknya pewaris tahta yang anggun dan penuh tata krama. Namun, gaya tomboi Merida yang lebih menyukai panah dan berkuda membuat sang ibu tidak nyaman.

Puncaknya ketika Merida menolak untuk menerima lamaran dari tiga orang pria yang merupakan calon dari tiap-tiap suku di kerajaan yang dipimpin ayahnya. Merida memberontak dengan memilih kabur dari kerajaan. Dan akhirnya bertemu dengan seorang penyihir yang berjanji bisa memberikan sebuah ramuan yang dapat merubah takdir Merida terkait keputusan sang ibu. Tapi ternyata yang didapat justru kekacauan, sebab sebuah kutukan besar malah menimpa kerajaan dan mengubah jalan hidup sang putri selanjutnya.

ANALISIS (EVALUASI & IMPLEMENTASI)

Pertentangan yang terjadi pada film ini dimana sang ibu memaksakan kehendak sang anak, sementara sang anak menginginkan kebebasan untuk menentukan jalan hidupnya sendiri, yang mana membuat sang anak akhirnya melakukan pemberontakan.

Terlihat pesan moral dalam film ini terkesan sederhana, bahkan sudah sering diangkat ke layar lebar. Namun bagi saya masih tetap mengena, karna nyatanya hampir semua anak di dunia mengalami hal ini. Kondisi dimana seorang anak dipaksa menjadi seperti orang tuanya, demi memenuhi ego sang orang tua.

Pada kasus film Brave ini, kita tak serta merta menyalahkan otoritas kepemilikan sang Ibu terhadap anaknya ataupun keegoisan sang putri. Keduanya memiliki harapan masing-masing dari segala sudut pandang yang mereka tunjukkan.

Semua orang tua di dunia tentu mengharapkan hal terbaik bagi buah hati mereka. Namun, terkadang orang tua hanya mementingkan keinginan pribadi tanpa persetujuan anak sehingga terkesan memaksakan kehendak. Lantas jangan jadikan harapan orang tua itu membentuk belenggu bagi anak. Sebab, meskipun seorang anak lahir dari rahim seorang ibu, bukan berarti ia menjadi miliknya dan harus menjadi sepertinya.

Padahal, setiap anak memiliki hak yang sama untuk memilih jalan hidupnya. Mereka berhak memutuskan hal apa saja yang ingin mereka lakukan. Jika terus dipaksa, anak dapat merasa tertekan karena merasa hidup direnggut oleh batasan-batasan yang mencuri potensi terbaik dalam diri sang anak.

Hal baik maupun buruk yang menimpa mereka merupakan proses pendewasaan dan pengembangan diri, jangan buat mereka takut dengan menularkan kecemasan kalian, wahai para orang tua. Padahal kan nasib seseorang berada pada tangannya masing-masing, bukan?

Buat para orang tua, berhenti lah memaksakan apa yang kalian mau pada anak kalian. Mereka bukan boneka atau robot yang bisa disetir untuk melakukan apa yang kalian inginkan. Beri mereka kebebasan untuk memilih dan belajar untuk mendengar dari hati ke hati. Dengan begitu, hubungan anak dan orang tua pun dapat saling mengerti dan memahami.

KESIMPULAN

Secara keseluruhan, saya dapat menyimpulkan bahwa Brave berhasil memberikan pesan moral baik kepada orang tua maupun anak untuk bisa saling menghargai perasaan satu sama lain tanpa harus mementingkan ego masing-masing. Jika ada yang tidak sependapat harus dibicarakan dan jangan lupa untuk mendengarkan pula. Komunikasi lah yang berperan besar dalam menjaga hubungan anak-orang tua. Sehingga anak tidak membenci orang tuanya dan orang tua juga dapat mengerti apa yang diinginkan anaknya serta mempertimbangkannya.

Pada akhirnya, film Brave bukanlah tentang mengajarkan anak untuk tidak mematuhi perintah orang tua, melainkan setiap anak memiliki hak yang menentukan pilihan hidupnya sendiri tanpa kekangan dari siapapun termasuk orang tua. Sekalipun ia berhadapan dengan sebuah budaya yang melekat turun-temurun, asal sang anak BERANI maka ia akan mampu mengubah takdirnya sendiri.

"Takdir bukanlah masalah kebetulan, ia adalah masalah pilihan. Takdir bukanlah sesuatu yang harus ditunggu, ia merupakan sesuatu yang harus dicapai." - William Jennings Bryan
Edo Ricky
Edo Ricky Tergila-gila dengan film sejak mulai bisa berfikir.

Post a Comment for "Wajarkah Seorang Anak Memberontak Dari Kekangan Orang Tua? - Analisis Film 'Brave'"