Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review Film 'Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini'



Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini atau lebih dikenal dengan singkatan NKCTHI, sebuah film keluarga yang menceritakan dinamika sudut pandang tiga anak keluarga Narendra (Donny Damara) yaitu: Angkasa si anak sulung (Rio Dewanto), Aurora si anak tengah (Sheila Dara Aisha) dan sang tokoh sentral, Awan si anak bungsu (Rachel Amanda). Bersama kedua orangtua, mereka terlihat sebagaimana keluarga yang pada umumnya, baik-baik saja, sekilas keluarga nan sempurna. Mereka bertiga hidup normal, tumbuh menjadi sosok remaja dengan kesibukan masing-masing.

Tapi masalahnya perlakuan Narendra sebagai sang ayah kepada ketiga anaknya berbeda. Si ayah selalu mengatakan kepada si sulung kalau kedua adiknya adalah tanggung jawabnya. Bagaimana pun, si sulung harus menjaga kedua adiknya agar tetap aman dan jauh dari kata sedih. Nyatanya, si anak tengah sering kali terabaikan sebab sang ayah sangat berfokus pada si bungsu, pusat dunia keluarga mereka. Si bungsu yang selalu dibantu dan bahkan nyaris apa yang ia lakukan harus diputuskan bersama tanpa bisa memutuskan sendiri apa yang diinginkannya. dibalik semua perlakukan sang ayah kepada tiga anaknya, sang ayah menyimpan sebuah rahasia besar, rahasia keluarga akan trauma yang ia tutup rapat-rapat. Demi membuat para anggota keluarga harus tetap bahagia apapun yang terjadi. Namun akankah mereka siap menerima kenyataan pahit yang selama ini disembunyikan, layaknya menanti bom waktu meledak?




KENAIKAN KELAS FILM LOKAL

Pertama-tama, NKCTHI memiliki visual yang jempolan! Nggak ada satupun frame yang miss, scene per scene punya simbolis semiotik. Apalagi ada satu momen dimana 3 bersaudara ini: Angkasa, Aurora dan Awan yang mana berada di rooftop dengan santainya membicarakan masalah mereka sambil bermandikan cahaya sunset alias senja s̶e̶n̶j̶a̶ ̶t̶a̶*̶ ̶a̶n̶j̶. Scene yang sangat "nak indie banget". C̶u̶m̶a̶ ̶k̶u̶r̶a̶n̶g̶ ̶d̶i̶ ̶k̶o̶p̶i̶ ̶a̶j̶a̶ ̶h̶3̶h̶3̶.

Tapi serius, sepanjang 121 menit durasinya kita diperlihatkan gelaran visualnya dengan perpaduan sinematografi dan color grading yang terasa kelas nan hangat meneduhkan mata. Seakan membuat visual film-film lokal sebelumnya terasa berbeda kasta, karna hanya sedikit yang bisa seniat ini termasuk production valuenya. Nggak heran seperti yang diutarakan Sang sutradara Angga Sangsoko (Filosofi Kopi, Wiro Sableng) bahwa filmnya ini karnyanya yang paling membanggakan sebagai sutradara menandai 15 tahun lamanya. Angga berhasil mengangkat film ini dari sebuah buku yang notabene hanya berisikan kutipan kata-kata puisi likeable, sukses membuat pembacanya menangis lantaran masalah yang pernah dialaminya tertuang di dalam buku karya Marchella FP itu — yang lebih dulu populer di media sosial. Motive quotes yang berfungsi sebagai anti-depressant untuk menenangkan sobat-sobat anxiety.

Akan tetapi, visual saja tidaklah cukup untuk menopang beban film ini. Saat filmnya dimulai, lagu rehatnya kunto aji cukup 'adem' meyakinkan dalam hati "ini film bakal buat mewek". Paruh awal berjalan, bersabar dan bersabar menunggu masih tak kunjung menemukan emosional impact. Ternyata oh ternyata, emosi kita sengaja ditahan dengan alur non-linear. NKCTHI Memajukan ceritanya dengan flashback, sebuah alur masa lampau digunakan untuk menggerakkan cerita.

Ketika flashback muncul, kita mendapatkan drama dimana sengaja menyamakan sebuah tragedi yg terulang kembali. Satu per satu pertanyaan mulai terjawab. Sehingga ketika film ini balik lagi ke masa sekarang, ceritanya udah nggak perlu ngejelasin 'sebab akibat' yang mana kita udah paham kejadiannya. Flashback digunakan untuk pemicu bagaimana mereka bisa seperti ini, sebagai informasi ke kita bahwa hal-hal inilah yang mereka pendam selama ini dan memancing kita untuk menyimpulkan klimaks yang akan disimpan pada ujung kisah. Cukup bagus sebagai film Indonesia dengan plot non-linear yang punya kualitas, jauh dari kata membingungkan dan dapat mudah dimengerti oleh semua orang.

KELUARGA KAYA? JELAS CAN'T RELATE


Apakah berarti NKCTHI berhasil mengaduk-aduk emosi penonton? Tergantung. bukan karna cara bertuturnya yang tidak linier, tapi lebih tepatnya tergantung latar belakang anda, jika anda kelas menengah keatas dengan keluarga bercukupan semua. Sayangnya kritik ini hanya berhenti di keluarga kaya. Saya sempat skeptis dengan keluarga yang terlalu harmonis pada film ini membuat saya pribadi berkata dalam hati “emang ada ya keluarga harmonis banget kaya gini?” Ya, walaupun masih memiliki konflik, keluarga ini masih terasa mustahil untuk dicapai. Dimulai latar belakang, kelas sosial/ekonomi, kesulitan yang dihadapi, hingga cara mereka bergerak dan berbicara itu seakan Jakarta sekali. Seolah dibuat eksklusif untuk memuaskan kelas menengah atas ala ibu kota, jelas can't relate.

Meski sebenarnya bukan hal itu yang menjadi masalah, melainkan masalah terbesarnya disini yaitu: tidak memiliki 'nilai universal'; nilai yang menyatukan apa yang hendak disampaikan film ke penontonnya. Coba kembali menilik kebalakang akan film "Dua Garis Biru". Apakah penonton harus pernah melakukan 'pernikahan dini' agar nyatu dan terkoneksi atau bahasa gaulnya 'relate' dengan filmnya? Ya jelas nggak. Tapi gimana kok kita bisa nge-feel serasa memposisikan diri kita ke dalam film "Dua Garis Biru"? Ya, itu karna nilai universal tadi, yang gak dimiliki NKCTHI.

NKCTHI hanya terlalu sibuk dengan dialog, dialog, dan dialog. Agar bisa quotable dan dijadiin story oleh gen millenial. Masalahnya narasi disini seperti berceramah, berusaha puitis layaknya quotes yang diangkut dari twitter, malah jatuhnya jadi kaku berdialog. Belum lagi pemilihan soundtrack yang lagi-lagi "nak indie banget" ala playlist anak Jaksel. Seakan film ini bercerita layaknya lirik Kunto Aji dan mengabaikan fakta bahwa perasaan manusia tidak semudah itu disentuh oleh hal-hal artifisial dan manipulatif. Gausah heran, Visinema sebagai rumah produksi peka terhadap apa yang anak-anak muda 'edgy' mau, yang mana sebelumnya disusupin 'kopi' di "Filosofi Kopi" dan sekarang senja s̶e̶n̶j̶a̶ ̶t̶a̶*̶ ̶a̶n̶j̶.

BEST OF THE BEST: SHEILA DARA AISHA

Seketika kekurangan itu terlupakan dengan hadirnya sesosok yang mencuri perhatian kita semua sekaligus salah satu kunci sukses dari NKCTHI: Aurora si anak tengah, yang diperankan sempurna oleh Sheila Dara Aisha. “Kalian Sudah Lama Kehilangan Aku”, Hanyalah sebuah satu kutipan yang membuat seisi studio bioskop terhening dan kemudian dihujami dengan sebuah drama keluarga yang sangat kompleks. Aurora, adalah pelatuk emosi utama dari film NKCTHI ini. Nggak banyak ngomong bahkan diamnya ajapun terasa menusuk. Meski bisa dikatakan karakter pendukung alih-alih dikit screentimenya, tapi dialah yang memulai, dia yang mengawal, dan dialah yang mendorong dan mengakhiri bom konflik tanpa kita sadari. Sebuah desain karakter yang kuat dan indah, yang gak saya sangka bakal saya temui di film keluarga lokal yang mana selalu saya pandang rendah selama ini. Semua pernah merasa terabaikan, tersingkirkan oleh keluarga sendiri, semua pernah merasa dipilih-kasih, semua merasa pernah ‘dipaksa’ untuk menahan emosi agar terlihat seperti keluarga yang sempurna dan bebas dari konflik. Semua hal itu ada di satu karakter dalam diri Aurora. Aurora berhasil menjelma menjadi satu-satunya sosok yang paling 'relatable' yang mana dapat menghubungkan diri dengan semua penontonnya. Sheila Dara adalah bagian terbaik yang bisa diberikan film ini. Bahkan dibanding dengan tokoh sentral; Awan si anak bungsu, meski ber-acting bagus tapi ceritanya tidak semenarik itu untuk dijadiin nahkoda. Berpusat pada 'rahasia besar' yang jadi konflik utama — konflik yang dikira bakal lebih sehari-hari, sederhana, setidaknya mentaut ketiga saudara dengan porsi seimbang — nyatanya tak sebesar itu rahasianya, jika seandainya mereka tahu diawalpun gak akan mengurangi esensinya.




Untuk semua pemerannya juara banget, semua emosinya terpancar jelas. Apalagi untuk keluarga yang di bagian flashback termasuk 3 saudara yang masih cilik-cilik, bermain ciamik nan memukau. Kecuali peran ibu di masa sekarang (Susan Bachtiar) yang banyak diam, sedikit bicara, masih juga terasa kaku. Potensi yang sangat disayangkan sebagai posisinya di film ini. Oiya, haram hukumnya jika dilupakan sesosok yang jadi alasan ciwi-ciwi berbondong-bondong ke bioskop, hanya untuk melihat keUwUan Ardhito Pramono; seorang musisi yang menjalani debut acting di layar lebar. Ardhito meski supporting cast tapi mengisi cerita dengan baik, terlihat cukup natural meski pengucapan dialognya seolah seperti menghapal. Tapi selebihnya, aktingnya cukup memuaskan untuk memerankan cowo yang ngeluarin kalimat "aku gak mau bertanggung jawab atas kebahagiaan kamu" lalu ditutup dengan adegan nyosor. Wtf.. Fuccboi berkedok softboy.


PELUK ERAT KELUARGA KALIAN, SETELAH MENONTON FILM NKCTHI INI


Meski ada kekurangan seperti tidak bisa merasakan koneksi personal yang sama, tetapi masih terobati dengan adanya elemen-elemen dalam film ini yang membuat betah untuk tetap ditonton dan patut diapresiasi. Cerita kehidupan sehari-hari kita sebagai anak, baik menjadi kakak, anak tengah, dan anak bontot di keluarga serta keterbatasan kita sebagai orangtua untuk mengungkapkan cinta untuk anak dan keluarga. Apalagi film ini seperti kritik 'pola didik orang tua asia' yang mana bukan rahasia lagi kalau orang tua asia memiliki obsesi yang besar terhadap anak-anaknya sehingga diarahkan ketujuan yang sebenarnya anak itu belum tentu mau. Menjadikan hal yang wajib ditonton bersama keluarga karena film ini bisa jadi alat komunikasi untuk keluarga kalian agar saling memahami dan menyayangi.



Bagaimanapun keluarga adalah tempat kembali dan setiap keluarga pasti pernah melakukan kesalahan. Terlepas dari masalah yang mereka alami dalam film, kita bisa belajar satu hal, yakni untuk bisa merasakan bahagia seutuhnya, kita harus melepaskan beban emosi yang kita pendam selama ini. Akan terasa sangat sakit memang, tapi itulah satu-satunya cara untuk membuat diri kita bebas dari penjara emosi yang selama ini tak sadar kita buat sendiri. Tidak usah takut gagal, karena sejatinya hal tersebut justru akan mendewasakan diri.




π‘―π’Šπ’…π’–π’‘ π’Šπ’•π’– 𝒍𝒖𝒄𝒖 π’šπ’‚, 
π’€π’‚π’π’ˆ π’…π’Šπ’„π’‚π’“π’Š, π’‰π’Šπ’π’‚π’π’ˆ. 
π’€π’‚π’π’ˆ π’…π’Šπ’Œπ’†π’‹π’‚π’“, π’π’‚π’“π’Š. 
π’€π’‚π’π’ˆ π’…π’Šπ’•π’–π’π’ˆπ’ˆπ’–, π’‘π’†π’“π’ˆπ’Š. 
π‘Ίπ’‚π’Žπ’‘π’‚π’Š π’‰π’‚π’“π’Š π’Œπ’Šπ’•π’‚ 𝒍𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒆𝒓𝒂𝒉, 𝒔𝒂𝒂𝒕 π’Šπ’•π’– π’”π’†π’Žπ’†π’”π’•π’‚ π’ƒπ’†π’Œπ’†π’“π’‹π’‚. 
𝑩𝒆𝒃𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂 π’‰π’‚π’…π’Šπ’“ π’…π’‚π’π’‚π’Ž 𝒓𝒖𝒑𝒂 π’šπ’‚π’π’ˆ π’”π’‚π’Žπ’‚, 𝒃𝒆𝒃𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂 𝒋𝒂𝒖𝒉 π’π’†π’ƒπ’Šπ’‰ π’ƒπ’‚π’Šπ’Œ π’…π’‚π’“π’Š 𝒓𝒆𝒏𝒄𝒂𝒏𝒂. 
π‘Ίπ’‚π’π’ˆ π‘·π’†π’π’„π’Šπ’‘π’•π’‚ π’ƒπ’‚π’Šπ’Œ π’”π’†π’Œπ’‚π’π’Š π’šπ’‚.



Edo Ricky
Edo Ricky Tergila-gila dengan film sejak mulai bisa berfikir.

5 comments for "Review Film 'Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini' "

  1. Wah keren, bisa seditile itu menceritakan alur film nya kembali

    ReplyDelete
  2. Wah keren, bisa seditile itu menceritakan alur film nya kembali

    ReplyDelete
  3. selalu jadi kiblat sebelum mau nonton, dan banyak sepemikiran sama blok ini, sumpah kedepan nya update film film horor lagi dong seruu tu, thx πŸ™Œ

    ReplyDelete
  4. goks parah, baca reviewnya langsung dpt feelnya saking sedetail itu

    ReplyDelete
  5. Nice riview, bahasanya dalam banget sampe sedetail itu, keren dah.

    ReplyDelete