Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review Film 'Keramat': Satu-satunya Film Horor Indonesia Yang Seram?

Indonesia memiliki banyak macam kisah mengenai dunia per-hantu-an yang sangat dekat dan merakyat. Tapi mirisnya atas nama komersialitas, esensi horor yang seram menjadi hal yang sulit pada sineas lokal. Bumbu porno yang tidak penting selalu menjadi tren di film horor kita, bahkan pun penggambaran hantu seperti pocong jatuhnya terlihat konyol di banyak film. Tapi perlu saya tekankan, apabila seorang sutradara horor lokal menggarap kisah yang tidak dilebih-lebihkan dan bertutur apa adanya atau paling tidak mendekati hal tersebut, maka horor yang seram adalah sebuah jaminan. Dan seorang Monty Tiwa telah melakukan itu 11 tahun lalu melalui "Keramat". 

SINOPSIS

Kru dan talent dari film 'Menari di Atas Angin' sedang melakukan perjalanan ke Jogja untuk pengambilan gambar sekaligus pra-produksi. Proses tersebut juga direkam oleh salah satu kru; Cungkring, dengan kamera untuk behind the scene nantinya. Dibantu Poppy sebagai host, keduanya bertugas merekam seluruh kegiatan tim produksi film tersebut. 

Nahasnya, proses yang awalnya antusias bagi mereka lama-lama mulai berubah, video yang diambil Cungkring itu malah merekam kejadian-kejadian horor yang menimpa mereka. Sejak tiba di Bantul untuk melakukan pra-syuting, beberapa kejadian aneh mulai terjadi; seperti mobil para kru dicegat orang tak dikenal yang menyuruh mereka pulang, suara-suara tangisan yang terdengar di penginapan mereka, hingga sebuah penampakan yang dialami oleh salah seorang anggota tim produksi.

Hal-hal ganjal lanjut berganti, yang mana membuat Miea sang sutradara marah karena rencana syutingnya berantakan. Puncaknya pada suatu malam, Migi sebagai talent utama, tiba-tiba sakit parah dan tak sadarkan diri. Hingga kejadian paling menakutkan pun terjadi, Migi dirasuki roh halus

Mereka mencoba mengusir roh halus itu dengan bantuan paranormal, yang tetap saja berujung gagal. Diketahui alam mistis sekitar sedang bergolak karena suatu hal serta keadaan semakin diperburuk oleh kehadiran mereka. Hingga akhirnya, Migi, yang masih berada dibawah pengaruh kontrol makhluk halus di tubuhnya, hilang tanpa jejak.

Akhirnya peristiwa tersebut membawa mereka masuk ke alam lain, demi menyelamatkan Migi keluar dari sana. Namun di tengah perjalanan mencari Migi di alam ‘gaib’, mereka harus kehilangan satu per satu temannya sampai menggiring mereka ke tempat asing. Membawa ke berbagai peristiwa gaib yang menyeramkan, dan semua itu terekam dalam kamera behind the scene yang mereka bawa.

APA YANG MEMBUAT FILM HOROR INI BERBEDA DENGAN YANG LAIN?

  • Pertama, film horor tanpa skenario.
Film ini syuting tanpa menggunakan skenario ataupun skrip film. Konon Monty Tiwa memberi tahu apa yang harus dilakukan para aktor, 15 menit sebelum camera roll. Jadi para aktor lebih banyak bermain di improvisasi.

  • Kedua, menggunakan teknik kamera subyektif.
Keramat merupakan film Indonesia pertama yang menerapkan konsep kamera subyektif. Menikmati film Keramat seakan menonton video dokumentasi kejadian horor. Karena itulah kenapa Monty memilih film ini tanpa skrip dan dengan konsep subjective camera tadi. Ya, film dengan gaya seperti ini dikenal dengan istilah 'mockumentary'.

Walau dinilai tidak orisinil dalam soal mockumentary yang cara gaya penceritaannya sudah lebih dahulu dipopulerkan oleh The Blair Witch Project (1999), Cloverfield (2008), [REC] (2007) dan Paranormal Activity (2009). Namun pemilihan teknik ini membuat film ini makin berasa 'keasliannya'. Apalagi dengan apiknya melebur genre horor 'found footage' dengan elemen-elemen asli Indonesia.

UNSUR-UNSUR MISTIS YANG SANGAT DEKAT DENGAN BUDAYA MASYARAKAT

Kehadiran Keramat mewujudkan ide orisinil, ide yang lahir dari budaya dan kepercayaan yang sampai sekarang masih sering kita temui. Walau kemunculan setannya, nggak sefrontal film-film horor kebanyakan. Tapi film yang dirilis tahun 2009 ini berhasil membuat penontonnya ketakutan. Karena kamu seperti dilibatkan dalam pencarian itu. Nggak heran kalau kamu akan merasakan ketakutan yang sama seperti para pemain, sambil terus menebak-nebak penampakan apa lagi yang menunggu mereka di depan sana? Sebab tak ada petunjuk apa pun, selain mengikuti gerak kamera Cungkring.

Lihat apa yang dilakukan Monty Tiwa terhadap Keramat. Secara cerdas, Monty menggunakan gaya shaky camera, akting improvisasi natural, dan meminimalisir kekuatan musik latar dengan memaksimalkan bunyi alam sekitar. Tak lupa menambahkan unsur tradisional yang dapat berhubungan dengan para penontonnya. Monty memanfaatkan berbagai mitos dan cerita tradisional yang seringkali kita dengar di keseharian dengan tepat guna di dalam jalan cerita Keramat.

Ya, bisa dibilang film ini lebih mengarah pada kejadian mistik, di mana masyarakat Indonesia, terutama Jawa masih mempercayai hal-hal kecil seperti suara tangisan, gamelan, penunggu hutan dan pengawalnya. Tapi justru itu yang membuat cerita di film Keramat seperti nyata. Terlebih didukung dengan latar Jogjakarta yang memang masih kental unsur mistisnya. Apalagi bagi yang berdomisili di Jogja, pasti merasakan kedekatan tersendiri dengan film ini.

FILM HOROR LOKAL PALING MENAKUTKAN YANG PERNAH DIBUAT

Kalau boleh jujur, film ini berhasil ngebuat saya sendiri 'merinding disko' selama film bergulir meneror dengan cara-cara yang unik dan berbeda selama 89 menit durasinya. 'Penampakan' yang disiapkan oleh Monty juga dinilai sangat efektif dan tidak terlalu berlebihan, atmosfir kengerian yang saya rindukan dalam film horor lokal, hadir secara substansial pada film Keramat.

Tentu momen yang bikin kita nggak bisa tidur satu hari satu malam dalam film ini yaitu; kemunculan Pocong. Daripada mengandalkan tampilan muka rusak dan efek close-up yang malah membuat konyol, kemunculan Pocong disini lebih diperlihatkan dengan membangun aura. Dalam waktu beberapa detik kita dibiarkan terdiam melihat bagian bawah pocong melompat-lompat mendekati kita. Sungguh, perwujudan Pocong disini kerasa begitu nyata dan sukses melunturkan maskulinitas keberanian dalam diri saya.

Adegan penguji mental, bagian bawah Pocong yang melompat-lompat mendekati kita dalam waktu yang cukup lama.

Teror yang sudah melekat dengan baik ini dipercantik dengan akting-akting maksimal dari para pemainnya yang notabene-nya kurang terkenal (disitulah poin plus film ini), termasuk Miea dengan lakon orang yang keras dan suka marah-marah, sukses membuat saya jengkel sendiri. Poppy berhasil membuat saya ketakutan ketika dia terus menangis dan menjerit. Migi dengan mimik wajah yang misterius tak perlu ditanyakan lagi, gadis mungil ini asli bikin penonton gelisah tak karuan. Monty tak muluk-muluk dengan filmnya kali ini memang sukses membuat saya 'menutup mata' dengan beberapa adegan yang bisa saya bilang sangat menyeramkan.

KESIMPULAN

Secara keseluruhan, film ini berhasil memadukan mistis tradisional di jalan ceritanya secara rapi, mengeksekusinya dengan cerdas dan ditunjang penampilan yang cukup sempurna dari para jajaran pemerannya. 

Tanpa bermaksud untuk melebih-lebihkan, Keramat adalah satu-satunya film horor indonesia yang seram. Menjadi tonggak sejarah tersendiri di industri sinema Indonesia dikala esensi horor lokal dirusak tren seksualitas, dan jelas sudah terbukti mengalirkan 'darah segar' ke perfilman horor Indonesia saat ini.

Okelah sudah cukup berbasa-basi, ada baiknya kalian menonton sendiri salah satu film horor Indonesia yang wajib ditonton sekali seumur hidup!

SKOR TOTAL : 8/10
Edo Ricky
Edo Ricky Tergila-gila dengan film sejak mulai bisa berfikir.

Post a Comment for "Review Film 'Keramat': Satu-satunya Film Horor Indonesia Yang Seram? "