Review Film 'Terminator: Dark Fate'

By Edo Ricky November 25, 2019 Post a Comment

Mengaku sebagai lanjutan langsung dari Terminator 2: Judgement Day dan mengabaikan kontinuitas dari Rise of the Machines, Salvation, dan Genisys membuat "Terminator: Dark Fate" menjadi instalmen ketiga secara resmi. Kembalinya sang suksesor Terminator; James Cameron, yang kini hanya duduk dibangku produser dengan arahan sutradara Deadpool; Tim Miller, membuat kita berharap banyak akankah on the track pada franchise yang hidup segan mati tak mau ini?

Tak banyak basa-basi, adegan dibuka dengan penjelasan ringkas yang cukup membantu untuk yang tak tahu menahu semesta Terminator. Lanjut ke skuen yang intens! Adegan kejar-kejaran yang sudah menjadi ciri khas di saga Terminator. kalini berbeda dengan munculnya bala bantuan bukan dari robot masa depan, melainkan Nyonya tua; Linda Hamilton (Sarah Connor) bertujuan menggaet penonton veteran yang bertanya apakah ke badass-annya masih terjaga di usia 63 tahunnya? Tentu! dipadu sang Trademark Terminator itu sendiri; Arnold Schwarzenegger (T-800) yang lebih manusiawi dibanding manusia itu sendiri. Kembalinya mereka berdua alih-alih bukanlah sekadar nostalgia fan service, melainkan memperkuat plot dengan tim solid nan fungsional untuk menghadapi teror baru dari terminator yang susah mati; Gabriel Luna (Rev-9) dengan perawakan murah senyum tak terlihat seperti antagonis meski menjadi lawan tangguh bagi Mackenzie Davis(Grace) manusia separuh mesin ini mencuri perhatian berkat kepiawaiannya yang mati-matian melindungi Natalie Reyes (Dani) yang menjadi sosok penting dalam cerita ini.

Baca Juga

Aksi memuaskan terasa diawal saja, teror yang begitu mencekam dari Rev-9 atas kesusahan matinya menjadi boomerang tersendiri karna konsekuensi laga yang repetitif seakan melelahkan semakin ke belakang. 'Melelahkan' bukan karna plot khas saga Terminator yang klise ini ataupun segala elemen dejavu akan Terminator 2 yang jelas sebagai bentuk tribute maupun homage. Melainkan karna sebuah narasi yang tak segar—meski ada unsur family value yang buat kita rehat sejenak dari hingar bingar ledakan—tetaplah mengharapkan saga ini harus berhenti jika masih bermain loncatan waktu yang memusingkan tanpa perkembangan cerita yang berarti.

DON'T BACK.