Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review Film 'Star Wars: The Rise of Skywalker'



Berbicara Star Wars sama dengan berbicara kisah yang amat panjang, terutama untuk mereka yang 'hidup' dalam franchise ini sejak saga pertama "A New Hope" dirilis 42 tahun lalu hingga saat ini, yang mana film Star Wars sudah melibatkan penggemar lintas generasi.

Semenjak sang pencipta Star Wars dengan kejeniusan visi nan jauh akan opera antargalaksi; George Lucas akhirnya menjual franchise nya kepada perusahaan k̶a̶p̶i̶t̶a̶l̶i̶s̶ terbesar di dunia; Walt Disney. Berbagai rintangan berat menghampiri tatkala kesulitan untuk memuaskan para penggemar lawasnya — yang tak pernah puas menjadi penyebab jatuhnya Star Wars ke tangan Disney. Terlebih sang sutradara; JJ Abrams, yang ditunjuk kembali oleh Disney setelah "Star Wars: The Force Awaken (2015)" dan langsung menanggung beban berat pasca "Star Wars: The Last Jedi (2017)" — dicap Star Wars terburuk bagi mayoritas fans karna dianggap terlalu memberontak dari kemapanan kisah besar Star Wars — yang diobrak abrik oleh Rian Johnson, salah satunya mengacak-acak karakter Luke Skywalker.



Rangkaian alur waktu film-film Star Wars.


Sebagai film penutup dari saga trilogy sequel ini, ekspektasi fans Star Wars tentunya sangat tinggi. Akankah "Star Wars: The Rise of Skywalker" dapat mengkahiri kisah keluarga Skywalker ini dengan apik sekaligus manis sebagai seri penutup layaknya "Avengers: End Game" yang berhasil dilakukan Disney?

MAY THE FORCE BE WITH YOU

Petualangan masih difokuskan pada sosok Rey (
Daisy Ridley) dalam pencarian jati dirinya akan terungkap disini bersama Finn (John Boyega) dan Poe Dameron (Oscar Isaac) yang kalini semakin solid chemistry mereka sebagai trio maut. Sekaligus mengungkap kebimbangan akan takdir Kylo Ren (Adam Driver) yang diam-diam memiliki hubungan khusus dengan Rey. Tak dilupakan droid-droid jenaka terkhusus C-3PO dengan lawakan garing cukup mengundang tawa. Munculnya karakter baru Zori Bliss (Keri Russell) yang mencuri perhatian meski tampil sebentar serta kembalinya Lando (Billy Dee Williams) membuat para penggemar lawas mendapatkan nostalgianya sendiri. Termasuk penampilan Leia Organa (Carrie Fisher) membawa perasaan haru tersendiri karna menghidupkan kembali karakter dari aktris yang sudah wafat melalui keajaiban rekayasa komputer alias CGI.


sleep well, princess.

Tak perlu ragu akan Disney dalam urusan visualnya yang tak pernah main-main. Perang bintang nan memanjakan mata terkecuali penderita epilepsi fotosintesis dengan perpaduan scoring yang menggelegar menciptakan pertarungan kapal luar angkasa yang megah. Terutama pertarungan adu lightsaber disini dibikin lebih gahar dan mematikan. Seperti melihat pertarungan dengan intensi membunuh, terlihat dari sabetan yang cukup detil untuk ukuran film keluarga dan jauh berbeda dengan episode lama — meski tetaplah tak se-memorable pertarungan lightsaber Darth Maul di Episode I.

NO MORE MEMORABLE "STAR WARS" SCENE

Kagum dengan JJ Abrams yang berusaha keras meluruskan apa yang sudah dibengkokkan pasca The Last Jedi. Bersusah payah mengakali segala masalah dengan menjawab semua pertanyaan sebelumnya yang nyatanya malah menumpukkan plot inkonsistensi kendati mengikuti kekacauan yang dibuat Rian Johnson. Terlebih tempo ceritanya terburu-buru dan terus bergerak ke sana-sini tanpa emosi yang memadai. Narasi yang super ngebut berimbas perkembangan karakter yang motivasinya dibangun dari awal terbuang sia-sia. Sehingga ada adegan yang diharapkan menjadi sebuah klimaks malah tidak terkoneksi baik dengan kita. Membuat adegan per adegan terkesan numpang lewat dan tak terasa pesona Star Wars nya layaknya film aksi biasa yang hanya meminjam nama besar. Bahkan The Last Jedi yang dinyinyirin fans pun, masih punya 'memorable scene' seperti pertarungan apik di Snoke's throne room — hingga Luke 'memeras susu' yang menyernitkan dahi.

Dengan membangkitkan kembali musuh lama — alias penjahat utama dari dua trilogi Star Wars sebelumnya — Emperor Palpatine (Ian McDiarmid), semakin tak segar akan kualitas cerita karna tidak menyiapkan fondasi apa pun yang mengarah kemunculannya. Hal tersebut membuat episode 7 dan 8 tidak tersambung dengan baik ke episode 9. Seperti ada loncatan cerita yang jauh, tanpa penjelasan yang memuaskan. Jalan cerita yang terasa pengulangan "Return of the Jedi" sebagaimana halnya "A New Hope" yang diterapkan di "The Force Awakens" oleh Abrams sehingga mudah ditebak
termasuk berbagai teori fans yang terealisasikan. Kelihatan Abrams sangat bermain aman karna kebingungan menutup epik saga ini yang mana dibikin terlalu sunyi untuk sebuah saga panjang.



Bukan menuding biang masalah kepada JJ Abrams maupun Rian Johnson, dikala Disney sedang asiknya menampilkan karakter baru nan keren; Knight of Ren yang muncul bak sekadar tempelan. Tidak lain hanya menambah pundi-pundi merchandise Disney belaka tanpa memperdulikan keesensian cerita Star Wars itu sendiri. Mengukuhkan bahwa Disney tidak sama sekali punya rangka cerita yang matang untuk dibawa kemana sekuel trilogi ini.

Akhir kata, meski bisa dikatakan "Star Wars: The Rise of Skywalker" adalah film Star Wars paling mengecewakan bagi penggemarnya karna beban yang ditanggung sebagai babak penutup. Tetapi sebagai keutuhan 'popcorn movie' film ini tetaplah menghibur. Visual megah, scoring decak kagum, koreo apik, dialog konyol dan kecantikan Daisy Ridley yang tak dapat dielakkan bagi kaum adam.




"I have a bad feeling about this"



Tanggal rilis18 Desember 2019 (Indonesia)
SutradaraJ.J. Abrams
SkenarioJ.J. Abrams, Chris Terrio
PemeranDaisy Ridley, Adam Driver, John Boyega, Oscar Isaac, Carrie Fisher, Billy Dee Williams, Keri Russell, Ian McDiarmid
MusikJohn Williams
ProduserKathleen Kennedy, J. J. Abrams, Michelle Rejwan
Perusahaan Produksi: Lucasfilm Ltd, Bad Robot Productions
Distributor: Walt Disney Studios
Motion Pictures
Durasi: 142 menit

Edo Ricky
Edo Ricky Tergila-gila dengan film sejak mulai bisa berfikir.

Post a Comment for "Review Film 'Star Wars: The Rise of Skywalker'"