Review Film 'Perempuan Tanah Jahanam'
Sukses dengan Pengabdi Setan yang dipuji para kritikus dalam maupun luar negeri—termasuk aku sendiri yang mengukuhkan sebagai film horor Indonesia terbaik—kini kembali lagi ke pakem horornya sehabis berhasil membuka gerbang sinematik superhero Indonesia dengan Gundala.Baru 5 menit pertama kita sudah dikejutkan oleh opening scenenya yang JUARA! berawal percapakan menggelitik antara Marissa Anita (Dini) dan Tara Basro (Maya) dalam loket tol masing-masing lewat handphone, cukup efektif sebagai pengenalan karakter. Build-up pengadeganannya begitu padat dan seketika tensi film naik disaat pengemudi mobil kuno turun menghampiri. Dimulailah bulu kuduk kita akan terus berpush-up ria dan rasa ingin menjerit tapi tertahan melihat Maya yang diujung tombak kematian oleh sosok yang menerornya. Salah satu scene terbaik dijagad sinema lokal.
Bahkan rasa kengerian ini tetap terus berlanjut tanpa henti dengan permainan kamera dan iringan musik dengung yang mengindikasikan ada "sesuatu", padahal tidak ada apa-apa. Sering kita digagalkan ekspektasi akan suatu scene yang mana bukan ke arah "mengecewakan" melainkan kepuasan "punchline" tak terduga. Termasuk jumpscare—senjata andalan mayoritas film horor lokal untuk menakuti penonton—yang disini malah dijadikan sindiran bahkan kritik sosial bahwa manusia bisa lebih kejam daripada setan. Jenius! tentu semua suspense itu bersumber dari desain produksi yang total gila-gilaan.
Terutama Desa Harjosari yang sangat mencekam namun autentik dengan hutan nan lebat termasuk warga-warganya yang bertatap dingin—konon beberapa warga asli disitu di-casting, tanpa basic acting sama sekali alias debutan yang mana hasilnya luar biasa. Diperkuat sinematografi + scoring khas film-film Jokan yang gak usah diragukan visualisasinya. Tentu nyawa PTJ yaitu hal gore yang dijanjikan Jokan bakal sadis mesti tidak sampai tahap ekstrim tapi sangat jelas membuat ngilu bahkan menutup mata untuk yang tak tahan melihat sayat-menyayat maupun gorokan leher. Keseluruhan atmosfir terasa sesak dan paranoid bahkan jarang memberi ruang untuk bernafas.
ENSEMBLE CAST JUARA!
Jadi, berterima kasihla kepada Marissa Anita yang "selenge'an"-nya berhasil memecah ketegangan dengan tingkah laku jugapun dialog eksplisitnya yang merupakan satu-satunya sumber tawa untuk kita. Pencuri perhatian? Tentu tidak, karna masih ada Asmara Abigail (Ratih) yang tampil sebentar tapi berperan sangat bagus dengan kemisteriusannya juga kekentalan totok jawanya sebagai warga desa disitu. Christine Hakim (Nyi Misni) artis senior mendebut di genre horor ini setelah 46 tahun kariernya, tampil lebih gila oleh raut muka yang creepy serta bumbu-bumbu black magic. Tentu Ario Bayu(Ki Saptadi) wajah yang tak asing lagi tapi tetap berkharisma sebagai Dalang yang mana hot scene-nya meningkatkan ke-hot-an dirinya. Performa supporting cast-nya tampil primadona! sesampai tokoh utama hampir dibenamkan meski tetap bermain baik; Tara Basro yang mana untuk para kaum lelaki diberikan "fanservice" oleh doi di scene toilet perempuan.
Jadi, berterima kasihla kepada Marissa Anita yang "selenge'an"-nya berhasil memecah ketegangan dengan tingkah laku jugapun dialog eksplisitnya yang merupakan satu-satunya sumber tawa untuk kita. Pencuri perhatian? Tentu tidak, karna masih ada Asmara Abigail (Ratih) yang tampil sebentar tapi berperan sangat bagus dengan kemisteriusannya juga kekentalan totok jawanya sebagai warga desa disitu. Christine Hakim (Nyi Misni) artis senior mendebut di genre horor ini setelah 46 tahun kariernya, tampil lebih gila oleh raut muka yang creepy serta bumbu-bumbu black magic. Tentu Ario Bayu(Ki Saptadi) wajah yang tak asing lagi tapi tetap berkharisma sebagai Dalang yang mana hot scene-nya meningkatkan ke-hot-an dirinya. Performa supporting cast-nya tampil primadona! sesampai tokoh utama hampir dibenamkan meski tetap bermain baik; Tara Basro yang mana untuk para kaum lelaki diberikan "fanservice" oleh doi di scene toilet perempuan.
![]() |
"Lo ngapain disini? Ini toilet perempuan, nj*ng!" -Tara Basro |
Naskah disini mulus tak terasa dibuat-buat karna menggunakan bahasa sehari-hari kita yang toxic juga diselipin pesan sosial akan penggambaran nyata kondisi negeri kita ini sehingga lebih terasa relatable.
Great opening, worst ending.
Sayang seribu sayang, misteri yang dibangun sempurna oleh opening scene dan teka teki terus berjalan untuk dipecahkan yang harusnya satu persatu malah dibeberkan secara gamblang oleh 1 adegan flashback "receh" yang dengan mudahnya dapat terselesaikan sehingga membuat perjuangan tokoh utamanya sepanjang film terasa tak berguna. Terus terang, paruh akhir bagian terburuk dalam PTJ seakan kehilangan sentuhan Jokan sendiri. Pengerjaan PTJ selama 10 tahun lamanya terasa sia-sia untuk standar film-film Jokan yang idealismenya didewakan penikmat film lokal.
Akan tetapi, bagian mengecewakan itu tidaklah mungkin merusak keseluruhan film. Kita tidak dapat mengelakkan bahwa segala aspek teknis PTJ terlalu sempurna untuk disandingkan dengan mayoritas horor indo saat ini yang doyan ngandalin jumpscare murahan. Dan mengukuhkan singgasananya Joko Anwar sebagai sutradara horor lokal yang paling ambisius.
Sayang seribu sayang, misteri yang dibangun sempurna oleh opening scene dan teka teki terus berjalan untuk dipecahkan yang harusnya satu persatu malah dibeberkan secara gamblang oleh 1 adegan flashback "receh" yang dengan mudahnya dapat terselesaikan sehingga membuat perjuangan tokoh utamanya sepanjang film terasa tak berguna. Terus terang, paruh akhir bagian terburuk dalam PTJ seakan kehilangan sentuhan Jokan sendiri. Pengerjaan PTJ selama 10 tahun lamanya terasa sia-sia untuk standar film-film Jokan yang idealismenya didewakan penikmat film lokal.
Akan tetapi, bagian mengecewakan itu tidaklah mungkin merusak keseluruhan film. Kita tidak dapat mengelakkan bahwa segala aspek teknis PTJ terlalu sempurna untuk disandingkan dengan mayoritas horor indo saat ini yang doyan ngandalin jumpscare murahan. Dan mengukuhkan singgasananya Joko Anwar sebagai sutradara horor lokal yang paling ambisius.
"KERASA NGGAK?"
Tanggal Rilis: 17 Oktober 2019 (Indonesia)
Sutradara: Joko Anwar
Skenario: Joko Anwar
Pemain: Tara Basro, Marissa Anita, Asmara Abigail, Christine Hakim, Ario Bayu
Produser: Shanty Harmayn; Tia Hasibuan; Aoura Lovenson Chandra; Ben Soebiakto
Musik: Aghi Narottama; Bemby Gusti; Tony Merle; Rahayu Supanggah
Perusahaan produksi: Rapi Films
Post a Comment for "Review Film 'Perempuan Tanah Jahanam' "